Kamis, 01 Desember 2011

Periode Sastra di Indonesia

Secara urutan waktu, sastra Indonesia terdiri atas beberapa angkatan, diantaranya;
  1. Angkatan Pujangga Lama. Yang merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Hamzah Fansuri adalah penulis utama angkatan Pujangga Lama karya sastra Angkatan Pujangga lama yang plg terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.
  2. Yang berikutnya adalah Angkatan Sastra Melayu Lama. Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942 yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya. Juga oleh orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbitmasih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan.
  3. Angkatan Balai Pustaka. Merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Pada angkatan ini prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini. Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" oleh sebab banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Pada masa ini, novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan menjadi karya yang cukup penting. Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu.
  4. Angkatan Pujangga Baru. Muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Karya sastra dalam Angkatan Pujangga Baru dikenal sebagai karya sastra yang intelektual, nasionalistik dan elitis. Penggerak Angkatan Pujangga Baru adalah Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu yang pertama Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah. Dan yang kedua : Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
  5. Angkatan 1945. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Sastrawan yang dikenal pada Angkatan 1945 diantaranya ada Chairil Anwar, Asrul Sani, Rivai Apin, Idrus dan Achdiat K. Mihardja. 
  6. Angkatan 1950 - 1960-an. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Pada angkatan ini kita lahir beberapa sastrawan, diantaranya ada Pramoedya Ananta toer, Toto Sudarto Bachtiar, W.S Rendra dan N.H Dini.
  7. Angkatan 1966 - 1970an. Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman,  Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail.
  8. Angkatan 1980-1990an. Roman percintaan dan cerita anak muda adalah ciri dari angkatan ini. Sastrawan yang mewakili dekade 1980-an ini antara lain: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja. Yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini lahir sastra yg beraliran pop, yaitu seperti Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.
  9. Angkatan Reformasi. Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dgn jatuhnya Orde Baru. 
  10. Angkatan 2000an. Angkatan ini lahir sebagai penerus angkatan Reformasi yg dianggap sebagian orang stagnan. Ditandai dgn Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Yang berisi  tulisan yang ditulis lebih dari Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra. Beberapa penulis yang merupakan angkatan 2000an : Ayu Utami, Dewi Lestari, Habiburrahman El Shirazy dan Andrea Hirata. Angkatan yang terakhir adalah Ankatan Cybersastra. 
  11. Angkatan yang lahir seiring dengan masuknya era internet ke komunitas sastra di Indonesia. Banyak karya sastra Indonesia yang tidak dipublikasi berupa buku namun dibagikan di dunia maya (Internet) baik yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit, maupun situs pribadi. Ada banyak penulis/sastrawan juga para penyair yang dan akan terus lahir dari Angkatan Cybersastra.

0 komentar:

Posting Komentar

Majelis Sastra Madiun. Gambar tema oleh andynwt. Diberdayakan oleh Blogger.
 

© Majelis Sastra Madiun, All Rights Reserved
Design by Dzignine and Conceptual photography